Postingan

Meliput bayang

 Meliput bayang Mengenang raut penuh rajut Dalam persembahan awan yang kemelut Mengisah pilu dalam kenang dan ribut Membawa sendu meleleh bergelut   Pilu menetes pada bayang yang datang Mengelus kasar pada guratan rintang Membakar jiwa yang gersang Tidak menentu penuh halangan   Memandangi seisi jagat Bayangnya menyirat penuh hasrat Badan tersentak ingin berbuat Namun khayal hanya tinggal sekelumat   Berguna  dalam canda Imun rasa yang menelaah jutaan peristiwa Mungkin sekelumat candu yang tergoda Berebut barang dan bayang dan gelora   Tidak semudah tangan berbalik Situasi sungguh mencekam dan membuat panik Semoga peristiwa segera tercabik Serta terangkat dalam liput bayang tertampik   Jakarta 8 juli 2021

Peri diujung nadi

Peri di Ujung Nadi Mengayun pelan sepelan pelannya Tersenyum riang memandangi suasananya Melamun jatuh dan tak ingat segalanya Pikiran kabur dan tak tau jalan larinya   Peri duduk diantara runtuhnya raga Raga yang semakin menua akibat usia Mungkin sedikit daya tidak selamanya berguna Terpenting jiwa yang mekar sejalannya   Ujung bukanlah akhir dari masa Terlebih tulisan tulisan yang menjebak angan dan nuansa Menarik setiap langkah untuk tetap tidak berbuat apa apa Bayangannya kuat menjerat seluruh asa   Peri di Ujung Nadi Khayalmu akan tetap abadi Seperti gelombang frekwensi walaupun ada rendah dan ada tinggi Anganmu jangan hilang termakan diri.   Jakarta 9 Sepetember 2020  Sapto Triwibowo

Senyumanmu Yang Merekah

Senyumanmu Yang Merekah Duduk bersama bertatap dalam satu atap Menghapus gelap dalam ungkap Memenjarakan rasa dalam peristiwa Berdua merenung panjang bersama Komunikasi mata Dari setiap gerak yang bosan dengan utara Utara yang seringkali mengasah Keluh kesah dan rintih susah

Logat yang Legit

Logat yang Legit Legit dan manis yang mencumbu  guratan gerimis Menepis lara dalam isi pelipis yang teriris Teriris oleh desis jejak yang berteman tangis Tangis karena sosok pria berkumis Didepanmu,Tepat aku Mengekor pohon yang ikut malu Karena mesra yang dibingkai olehmu Dengan pria berkumis berbaju abu abu Bercak di bajumu Kusam pada seisi wajahmu Melontarkan pilu pada titik terdalam jiwaku Karenaku ada rindu yang menggebu Kupandangi,dan ingin kusambangi Karena sedalam rindu tak pernah bisa hanya terpaku Keraguan yang mengebu gebu Menampar rindu yang hanya pasti untukmu Beranjak pergi , Saat dada berontak dan bergemuruh  Secerca keluh yang lumpuh kembali tumbuh Nafasku riuh,tanganku ricuh Ingin rasanya kutarik kemesraanmu itu Memori yang teringat Adalah Logatmu yang membawa sesat Adalah Godamu yang membawa hasrat Mudahnya Jemarimu yang berkirim pesan singkat "Sedang duduk dan membaca ayat" Palsu yang be

Berjudul Apa Semua Ini

Gambar
Berjudul Apa Semua Ini Melodi yang berlantun pada sore itu Tepatnya waktu yang kita nanti dari dulu Yang memorinya mengelupas seisi kalbu Dan menarik semua air yang bersarang di mata sayumu itu Berbeda lagi semua itu Kali ini hanya ada tatapan yang pilu Mengadu dan bersandiwara  Di dalam jejak rumusan peristiwa Terlanjur  malu kita waktu itu Terlanjur pedih yang ku ungkapkan dulu Hingga mulutku ini  Asal kau tau  Mulut ini bergetar pada sesandingan doa Mulut ini mengadu pada sang pencipta Yang telah beri setiap nafas  Yang telah beri setiap ulas Dari beberapa takdir yang sudah dijalani 

Kamu Tidak Sendiri

Gambar
Kamu Tidak Sendiri Aku berjalan menapaki bulan bulan Terang benderang sinarnya menghibur angan  Kamu berjalan menapaki pilu pilu Sakitnya membelenggumu dan menular kepadaku Anganku berkobar mendengar redupan asamu Ingin rasanya kutanya Siapa Tuhanmu? Jemari mengelus dada bahwa ku tak boleh bertanya seperti itu Itu bukan pintasan yang cocok untuk masalahmu Kamu Tidak Sendiri Dirimu bisa ada diantara raga ragaku Dirimu bisa merangkul arti arti baru Dan penyesalanmu dan masalahmu Semoga cepat hilang berlalu sapto triwibowo 19 oktober 2019

Korbankan Untuk Masa Depan

Korbankan Untuk Masa Depan Hal yang membelenggu menyulitkan kalbu Memberi enggan pada peristiwa peristiwa lalu Menyorot pada abadinya pengorbanan Masa depan yang berjalan di atas angan Menepis ribuan syair dalam sebuah kenangan Kenangan yang hampa tanpa kata Kenangan yang pupus tanpa terurus Kini ku bersanding pada rintitan waktu Semakin berjalan semakin mengadu Mengadu pada ketidakjelasan aku Akan pemikiran yang cuma itu itu Abadi memang bukan suatu pilihan Teruntuk sama arti dengan Masa Depan Terurai dalam mimpi jauh dengan kenyataan Hapus semua kerajaan yang mekar dalam angan Aku mengorbankan ini Untukmu Semoga abadimu bisa nyata untukmu Semoga kita bisa padu dalam satu Semoga ikatan yang abadi bisa menjumput kita Dalam Keadaan yang lebih bergelora Dalam keadaan yang Lebih Pantas Lebih Pantas ,Ya ,Lebih Pantas  Dari gerombolan kata kata kias 9-Oktober-2019 Sapto Triwibowo