Makna,Arti,dan kandungan surat at tin part 2 |sapto triwibowo
Kedua, malaikat tidak bisa menjawab pertanyaan Allah tentang al asma nama-nama ilmu pengetahuan, sedangkan Adam a.s. mampu karena memang diberi ilmu oleh Allah swt., "Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat, lalu berfirman, "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang golongan yang benar. Mereka menjawab, "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." Allah berfirman, "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman, "Bukankah sudah Kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan." (Q.S. Al Baqarah 2:31-32). Ketiga, kepatuhan malaikat kepada Allah swt. karena sudah tabiatnya, sebab malaikat tidak memiliki hawa nafsu; sedangkan kepatuhan manusia pada Allah swt. melalui perjuangan yang berat melawan hawa nafsu dan godaan setan. Keempat, manusia diberi tugas oleh Allah menjadi khalifah di muka bumi, "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi..." (Q.S. Al Baqarah 2:30). Mencermati analisis di atas, bisa disimpulkan betapa Allah swt. telah memberikan kemuliaan yang begitu tinggi pada manusia, bukan hanya yang bersifat fisik dan psikis, tapi juga dari segi kedudukannya. Namun, kalau manusia tidak mampu mengemban amanah yang begitu besar, derajatnya akan turun ke tingkat yang paling hina, bahkan bisa lebih hina dari binatang sekalipun, sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikutnya.
5.Tsumma radadnaahu asfala saafiliin
"Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya," Kalau binatang menghalalkan segala cara untuk memenuhi kebutuhan perut dan syahwat biologisnya, kita tidak bisa mengategorikannya sebagai perbuatan hina, karena binatang tidak diberi akal dan nurani. Namun, kalau manusia melakukan hal yang sama seperti binatang, kita mengategorikannya sebagai perbuatan hina karena manusia diberi akal dan nurani untuk mengontrol perbuatannya. Nah, kalau kita tidak pernah menggunakan akal sehat dan nurani untuk mengarungi kehidupan, berarti derajat kita anjlok ke level yang serendah-rendahnya. Agar tidak turun ke derajat yang paling rendah, Allah swt. memerintahkan manusia untuk mengisi hidup dengan iman dan amal saleh, sebagaimana dijelaskan pada ayat berikutnya,6.Illalladziina aamanuu wa'amilushshaalihaati falahum ajrun ghairu mamnuun
"Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya." Orang yang tidak akan turun pada derajat yang paling rendah adalah orang-orang beriman. Iman secara bahasa bermakna "pembenaran". Maksudnya pembenaran terhadap apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw., yang pokok-pokoknya tergambar dalam rukun iman yang enam; yakni (1) keesaan Allah swt., (2) malaikat, (3) kitab-kitab suci, (4) para nabi dan rasul Allah, (5) hari kemudian, (6) takdir yang baik & buruk. Peringkat iman dan kekuatannya berbeda antara satu dan saat lainnya. Begitu pula dengan kekuatan iman masing-masing manusia, berbeda antara satu dengan lainnya. Dalam suatu riwayat, disebutkan bahwa 'Al immanu yaziidu wa yanqushu' (iman itu fluktuatif, dapat bertambah dan bisa juga berkurang). Karena itulah kita wajib merawat iman agar tetap prima. Seseorang dapat dikatakan memiliki iman yang kuat bila memenuhi ciri-ciri sbb: h51.memiliki jiwa muraqabah, artinya selalu merasa dilihat, ditatap, dan diawasi Allah swt. 2.hatinya mudah tersentuh dengan nasihat-nasihat agama, 3.berjiwa tawakal, pasrah kepada Allah setelah berikhtiar dengan sungguh-sungguh, 4.selalu berkomunikasi dengan Allah dengan shalat dan doa, 5.memiliki kepekaan sosial, sehingga selalu menyisihkan sebagian hartanya untuk fakir miskin.
Komentar
Posting Komentar